SEJARAH DAN LATAR BELAKANG
BIMBINGAN KONSELING, TUJUAN, FUNGSI DAN SIFAT BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
Dosen Pengampu: Fitria Ulfa, M.Pd.I
Disusun Oleh: Kelompok I
Semester VI PAI.B
1.
Darul
Nadwan (2015.01.017)
2.
Khusnul
Malinda (2015.01.059)
3.
Nur
Azizah (2015.01.059)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA
SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
Segala
puji bagi Allah yang telah memuliakan umat islam dengan menurunkan al-Qur'an dan menjadikannya sebagai
sumber hukum, nasihat, petunjuk, obat dan rahmat. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan pada Rasulullah SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan
siapa saja yang mengikuti jejak-jejak mereka hingga akhir zaman.
Dengan
pertolongan Allah, maka makalah Bimbingan Konseling ini dapat di selesaikan.
Dalam makalah ini, pembahasannya tidak terlalu panjang lebar dalam membahas
sesuatu topik, namun pembahasannya cukup singkat dan padat. Demikianlah makalah
ini kami buat, dan kami menyadari masih banyak kekurangan didalam penulisan
makalah ini. Demi kebenaran makalah ini kami memohon saran kepada mahasiswa mahasiswi
dan khususnya kepada dosen (Bimbingan Konseling). Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Indralaya, 09 Maret
2018
Penyusun
Kelompok I
Bimbingan dan konseling atau “guidance and
counseling” merupakan salah satu program pendidikan yang diarahkan kepada usaha
pembaruan pendidikan nasional. Jika dilihat arti dan tujuan bimbingan dan
konseling secara mendalam, maka jelas urgensi bimbingan dan konseling sangat
besar bagi usaha pemantapan arah hidup generasi muda dalam bidang yang
menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental dalam masyarakat.
Melalui program bimbingan dan konseling berarti pula perkembangan jiwa anak
bimbing harus diarahkan kepada kemampuan mental spiritual yang lebih tinggi,
dan lebih baik. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Sejarah Dan Latar
Belakang Bimbingan Konseling, Tujuan, Fungsi Dan Sifat Bimbingan Konseling Di
Sekolah
1. Bagaimana
sejarah Bimbingan Konseling?
2. Apa
yang melatar belakangi Bimbingan Konseling?
3. Apa
saja tujuan, fungsi dan sifat Bimbingan Konseling di Sekolah?
1. Untuk
mengetahui sejarah Bimbingan Konseling.
2. Untuk
mengetahui latar belakang Bimbingan Konseling.
3. Untuk
mengetahui tujuan, fungsi, dan sifat Bimbingan Konseling di Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Perkembangan
Bimbingan Konseling Umumnya
Program
bimbingan dimulai pada permulaan abad ke 20 di Amerika, yang ditandai dengan
didirikannya suatu “Vocation Bureau” tahun 1908 oleh Frank Person, tokoh yang
memperkenalkan bimbingan pertama sekali, sehingga mendapat julukan “The Father
of Guidance”[1].
Melalui biro tersebut Frank Person menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolongan agar mereka dapat mengenal dan memahami berbagai kesulitan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara
intelegan dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya.
Menurut
Athur E. Traxler and Robert D. North, dalam bukunya yang berjudul: “Techniques
og Guidance”, terdapat beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah
bimbingan, diantaranya:
a. Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, timbullah suatu gerakan kemanusiaan yang
menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini
membantu Vocational Bureau Person dalam bidang keuangan agar dapat menolong
anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
b. Agama.
Pada rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertententangan yang
secara terus menerus antara baik dan buruk. Oleh karena itu bantun sekolah
untuk menyiapkan anak muda agar siap atau mampu hidup yang lebih baik sangat
diperlukan bantuan dari sekolah. Dengan adanya gerakan atau aliran ini
mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan disekolah.
c. Aliran
kesehatan mental (mental hygiene). Timbul dengan tujuan perlakuan secara
manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai
gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan cara pencegahannya. Hal ini disebabkan
karena adanya suatu kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila ditemukan
pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih
peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan
kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
d. Perubahan
dalam masyarakat. Akibat dari perang dunia I dan II, pengangguran, depresi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, wajib belajar dan lain-lainnya,
mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah, tanpa mengetahui untuk apa
mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik
untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya gar mereka
dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
e. Gerakan
mengenal siswa secara individu. Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan
gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan disekolah disebabkan tugas sekolah
untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Oleh karena
sulitnya mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka
diciptakan berbagai teknik dan instrumen, diantaranya psikologis dan
pengukuran.
2.
Perkembangan
Bimbingan Konseling di Indonesia
Ditinjau
dari segi historis perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di Indonesia,
sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah
bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling. Penggunaan
istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari guidance and
counseling ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud, M.A., seorang pejabat Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1953. Karena usaha Tatang Mahmud untuk mencarikan terjemahan
istilah guidance and counseling ini
dengan istilah bimbingan dan penyuluhan pada saat itu tidak ada yang
membantahnya, maka sejak saat itu populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan
sebagai terjemahan istilah guidance and
counseling.[2]
Gerakan bimbingan
dan konseling dimulai sejak tahun 1960 dengan adanya konferensi IKIP seluruh
Indonesia di Malang yang memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukkan
dalam kurikulum IKIP (Institut Keguruan Ilmu Pendidikan). Kemudian disusul
dengan lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964, dengan keharusan pelaksanaan
bimbingan dan konseling (bimbingan dan penyuluhan) kondisi ini memberikan
tantangan untuk mulai merintis pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang berprogram dan terorganisasi dengan baik[3]
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling disekolah dapat ditinjau dari latar belakang
permasalahan individu masing-masing, baik berhubungan dengan masalah pribadi
maupun lingkungan. Dengan mengetahui latar belakang siswa, pembimbing akan
mudah mencari datanya dan mengetahui permasalahannya. Adapun latar belakang
dilaksanakannya bimbingan dan konseling dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
1. Latar
Belakang Social-Cultural
Era
globalisasi dan informasi sekarang ini banyak menimbulkan perubahan-perubahan
dan pembaharuan dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, pemerintahan, pola pikir manusia maupun
dalam bidang pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Perubahan itu dapat menimbulkan berbagai macam tantangan dan
kesukaran, baik yang bersifat ringan, agak berat, sesuai dengan penilaian
seseorang terhadap masalah yang dihadapinya.
2. Latar
Belakang Peadogogis
Sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung disekolah maupun diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam GBHN adalah “untuk menguatkan kualitas manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, ber-etos kerja,
professional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani”. Dari
pengertian dan tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian
secara optimal dari setiap siswa sebagai pribadi. Dengan demikian setiap proses
pendidikan diarahkan agar tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal
dengan potensi masing-masing.
3. Latar
Belakang Psikologis
Secara
terperinci latar belakang pelaksanaan bimbingan konseling disekolah dari sisi
psikologis dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu:
a. Masalah
perkembangan individu.
b. Masalah
perbedaan individu,
c. Masalah
kebutuhan individu.
d. Masalah
penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku.
e. Masalah
belajar[4]
1.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dewa
Ketut Sukardi membagi tujuan bimbingan konseling disekolah kedalam dua
kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan
Umum
Tujuan umum pelayanan bimbingan
konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003 (UU No.20/2003),
yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman yang
bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Secara
umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut[5]:
-
Membantu individu dalam mencapai
kebahagiaan hidup pribadi.
-
Membantu individu dalam mencapai
kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat.
-
Membantu individu dalam mencapai hidup
bersama dengan individu-individu yang lain.
-
Membantu individu dalam mencapai harmoni
antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.
b. Tujuan
Khusus
Dalam kurikulum SMA tahun 1975,
sebagaimana yang dikutip oleh Soecipto dan Raflis Kosasi, dinyatakan bahwa
tujuan bimbingan konseling disekolah adalah untuk mambantu siswa:
-
Mengatasi kesulitan dalam belajarnya,
sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
-
Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan
yang tidak baik yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung
dan dalam hubungan sosial.
-
Mengatsi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan kesehatan jasmani
-
Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan kelanjutan studi
-
Mengatsi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenius pekerjaan setelah mereka
tamat
-
Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan masalah sosial-emosional disekolah yang bersumber dari sikap
murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah,
keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.[6]
2.
Fungsi
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Fungsi bimbingan dan
konseling adalah:
a. Fungsi
Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya(pendidik, pekerjaan,
dan norma gama).
b. Fungsi
Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senatiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
c. Fungsi
pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi perkembangan konseli.
d. Fungsi
Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseli yang bersifat kuratif. Fungsi
ini berkaitan erat dengan uoaya pemberian bantuan keapada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun maupun
karir[7].
e. Fungsi
Penyaluran, dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan
pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga pendidikan.
f. Fungsi
Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kebutuhan dan kemampuan konseli.
g. Fungsi
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
kondusif.
h. Fungsi
Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak
(berkehendak).
i.
Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan
kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, secara
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j.
Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dari
dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.[8]
3.
Sifat
Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Istilah
sifat bimbingan dan konseling menunjukkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Beberapa sifat bimbingan dan konseling di
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan
Preventif atau bimbingan pencegahan
Bimbingan dan konseling
disekolah dikatakan bersifat preventif pada tujuan utamanya adalah membekali
peserta didik agar lebih siap mengahadapi tantangan-tantangan dimasa yang akan
datang dan datang dicegah timbulnya masalah yang serius kelak kemudian hari.
b. Bimbingan Korektif atau bimbingan penyembuhan
Bimbingan dan konseling
di sekolah dikatakan bersifat korektif
apabila tujuan utamanya adalah membantu peserta didik dalam mengoreksi
perkembangan yang mengalami salah jalur.
c. Bimbingan
Perseveratif atau Bimbingan developmental
Bimbingan dan konseling
disekolah dikatakan bersifat perseveratif
atau developmental apabila tujuan
utamanya adalah mendampingi peserta didik supaya perkembangannya berlangsung
seoptimal mungkin.
d. Orientasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Layanan bimbingan dan
konseling disekolah perlu memiliki orientasi tertentu. Orientasi yang
dimaksudkan adalah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Berdasarkan
pengertian, tujuan, dan fungsi bimbingan konseling terdahulu, maka dapat
disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada:
(1) orientasi individu, (2) orientasi perkembangan siswa, (3) orientasi
permasalahan yang dihadapi siswa.[9]
1. Program
bimbingan dimulai pada permulaan abad ke 20 di Amerika, yang ditandai dengan
didirikannya suatu “Vocation Bureau” tahun 1908 oleh Frank Person, tokoh yang
memperkenalkan bimbingan pertama sekali, sehingga mendapat julukan “The Father
of Guidance
2. Adapun
latar belakang dilaksanakannya bimbingan dan konseling dapat ditinjau dari tiga
aspek, yaitu: Latar Belakang Social-Cultural, Latar Belakang Peadogogis, Latar
Belakang Psikologis.
3. Dewa
Ketut Sukardi membagi tujuan bimbingan konseling disekolah kedalam dua
kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
4. Fungsi
bimbingan dan konseling adalah: Fungsi Pemahaman, Fungsi Preventif, Fungsi
pengembangan, Fungsi Penyembuhan, Fungsi Penyaluran, Fungsi Adaptasi, Fungsi
Penyesuaian, Fungsi Perbaikan, dan Fungsi Pemeliharaan.
5. Sifat
bimbingan konseling adalah sebagai berikut: Bimbingan Preventif, Bimbingan Korektif,
Bimbingan Perseveratif dan Orientasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Demikianlah makalah ini kami buat, dan kami
menyadari masih banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini. Demi kebenaran
makalah ini kami memohon saran kepada mahasiswa mahasiswi dan khususnya kepada
dosen (Bimbingan Konseling). Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
6.
Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Farid,
Mohammad dan Daryanto. 2015. Bimbingan
Konseling Panduan Guru BK dan Guru Umum. Yogyakarta: Gava Media.
Sukardi,
Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Suryana,
Ermis. 2012. Bimbingan Konseling di
Sekolah dan Madrasah. Palembang: Noer Fikri Offset.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
[1]Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (jakarta: rineka cipta, 2000), h.2
[2]Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Cet Ke-1
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), h.34
[3]Ermis Suryana, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah,
(Palembang: Noer Fikri Offset, 2012), h.29
[6]Ermis
Suryana, 2010, Bimbingan..... Op-Cit, h.
41
[7]Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h.39-47
[8]Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling Panduan Guru BK dan Guru
Umum, (Yogyakarta:GAVA MEDIA, 2015), h. 38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar